Setelah sebelumnya, dipaparkan tentang
pemberontakan PKI yang telah menewaskan beberapa perwira Angkatan Darat. Peristiwa
yang terjadi pada tanggal 30 September tersebut, juga telah menewaskan seorang
puteri kecil, bernama Ade Irma Suryani. Ia putri dari A.H Nasution.
Pembahasan kali ini juga akan memaparkan
tentang pergolakan yang juga terjadi di beberapa daerah di Indonesia. Pergolakan
ini terjadi karena adanya keinginan untuk memisahkan diri dari Indonesia dan
membentuk pemerintahan sendiri.
Gerakan ini dinamakan dengan gerakan
separatis. Salah satu dari gerakan separatis tersebut yaitu pemberontakan PRRI
di Sumatra Selatan. Bagaimana terjadinya pemberontakan PRRI di Sumatra.
Berawal dari berbagai upaya yang
dilakukan oleh Kabinet Djuanda untuk mengatasi masalah. Namun, sayangnya belum
menampakkan hasil. Sehingga, terjadi peningkatan pertikaian antara pusat –
daerah.
Sampai akhirnya, pada tanggal 9 Januari
1958 Letnan Kolonel Achmad Hussein, Kolonel Simbolon, Kolonel Dachlan Djambek,
Letnan Kolonel Barlian, Letnan Kolonel Ventje Sumual, dan Kolonel Zulkifli
Lubis melakukan pertemuan di Sungaidareh, Sumatra Barat.
Pertemuan tersebut juga dihadiri oleh
tokoh – tokoh dari kalangan sipil. Tokoh tersebut seperti Moh. Natsir,
Burhanuddin Harahap, Sjafruddin Prawiranegara, dan Syarif Usman. Pertemuan
tersebut membahas tentang pembentukan pemerintahan yang baru. Selain itu, juga
membahas hal – hal yang berkaitan dengan pembentukan pemerintahan baru.
Letnan Kolonel Achmad Hussein, sebagai
seorang pemimpin Dewan banteng mengadakan rapat raksasa di Padang. Rapat tersebut
berlangsung pada tanggal 10 Februari 1958. Letnan Kolonel Achmad Hussein menuntut
untuk Kabinet Djuanda agar mengundurkan diri dan mengembalikan mandat pada
presiden.
Pemerintah kemudian menolak tuntutan tersebut.
Kemudian, pemerintah memecat empat perwira menengah yang menghadiri pertemuan
di Sungaidareh dari jabatan militernya.
Lebih lanjut, pada tanggal 12 Februari
1958, Komando Daerah Militer Sumatra Tengah dibekukan dan ditempatkan langsung
di bawah KSAD. Kemudian, pada tanggal 15 Februari 1958, anggota – anggota yang
mengikuti pertemuan Sungaidareh menjawab tindakan yang dilakukan pemerintah.
Mereka menjawab dengan cara
memproklamasikan berdirinya Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia yang
disingkat dengan PRRI. Pusat pemerintahan dari PRRI ini berkedudukan di Padang.
Kemudian, perdana menterinya diduduki oleh Sjafruddin Prawiranegara.
Penggunaan nama PRRI menunjukkan bahwa
gerakan tersebut dibangun, bukan untuk menunjukkan suatu gerakan daerah. Melainkan,
sebagai suatu gerakan untuk menggantikan pemerintah yang sah.
Selanjutnya, pemerintah dan KSAD
memutuskan untuk menumpas gerakan PRRI ini dengan suatu operasi militer. Operasi
gabungan ini terdiri dari Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara. Operasi gabungan ini dinamakan dengan operasi
17 Agustus.
Selain digunakan untuk memberantas kaum
yang melakukan pemberontakan, operasi militer ini juga bertujuan untuk mencegah
dari adanya intevensi asing. Hal tersebut disebabkan, ada kemungkinan tentang
pihak asing yang akan melakukan intervensi dengan alasan melindungi modal dan
warga negaranya.
Berdasarkan hal tersebut, maka sasaran
pertama dalam operasi yaitu Pekanbaru. Dari Pekanbaru, operasi mulai diteruskan
di berbagai tempat yang diduga menjadi pusat dari pertahanan para pemberontak.
Sampai akhirnya, pada tanggal 4 Mei
1958, pusat pertahanan pemberontak yang berada di Bukittinggi dapat direbut
kembali oleh pasukan dari pemerintah. Kemudian, Letnan Kolonel Achmad Hussein
dan pasukkannya mulai menyerah. Hal tersebut terjadi pada tanggal 29 Mei 1958.
Lebih lanjut, para pemimpin dari PRRI,
baik militer maupun sipil mulai menyerah pada pemerintah, satu per satu. Kemudian,
untuk mengamankan wilayah Sumatra Utara, dilakukan operasi Saptamarga. Operasi tersebut
di bawah pimpinan Brigadir Jenderal Djatikusumo.
Sedangkan, untuk mengamankan daerah
Sumatra Selatan, dilakukan operasi Sadar. Operasi ini di bawah pimpinan Letnan
Kolonel Dr. Ibnu Sutowo.
Demikian pemaparan singkat tentang
pemberontakan PRRI di Sumatra. Selamat Belajar.
sumber:
Prawoto. 2007. Seri IPS Sejarah 3 SMP Kelas IX. Jakarta: Yudhistira.