Sebelumnya, kita telah memberikan
pemaparan tentang pemberontakan Andi Azis. Pemberontakan yang dilatarbelakangi
oleh kekacauan yang terjadi di daerah Sulawesi Selatan, tepatnya pada bulan
April 1950.
Selanjutnya, akan dibahas tentang
pemberontakan lain yang terjadi di negara Republik Indonesia. Pergolakan yang
terjadi di daerah – daerah yang ada di Indonesia pada masa RIS atau Republik
Indonesia Serikat maupun negara kesatuan ini. Memiliki keinginan untuk
memisahkan diri dari bumi pertiwi.
Faktor yang menyebabkan munculnya
gerakan separatis ini, antara lain bekas tentara Belanda (KNIL) yang tidak
menginginkan untuk bergabung dengan tentara RI. Hal tersebut disebabkan akan
menjadi Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) atau ketidakpuasan
dari daerah terhadap pemerintah pusat.
Salah satu gerakan separatis yang dimaksud
yaitu APRA. APRA merupakan singkatan dari Angkatan Perang Ratu Adil. Gerakan Angkatan
Perang Ratu Adil atau APRA ini berasal dari Bandung. Gerakan ini dipimpin oleh
Kapten Raymond Westerling.
Gerakan APRA ini dibantu oleh bekas
tentara Belanda (KNIL). Tujuan dari gerakan Angkatan Perang Ratu Adil ini yaitu
untuk mempertahankan bentuk federal. Selain itu, gerakan ini juga bertujuan
untuk menuntut agar setiap negara bagian memiliki tentaranya masing – masing.
Lebih lanjut, untuk mencapai tujuan yang
dikehendaki, Westerling kemudian menemui Sultan Hamid II. Pertemuan antara
Westerling dan Sultan Hamid II ini terjadi di Hotel Des Indes yang terletak di
Jakarta. Pertemuan tersebut terjadi pada tanggal 10 Januari 1950.
Tujuan dari Westerling menemui Sultan
Hamid II yaitu untuk membujuk Sultan Hamid agar menjadi pemimpin dari gerakan
APRA. Namun sayangnya dari pertemuan yang dilakukan oleh kedua belah pihak,
Sultan Hamid II justru tidak memperoleh keterangan yang memuaskan dari
Westerling.
Kemudian, pada tanggal 23 Januari 1950,
pada pagi hari, Westerling bersama dengan pasukannya melakukan penyerangan
terhadap kota Bandung. Pasukan Westerling melakukan pembunuhan terhadap pasukan
jaga Siliwangi. Pasukan Westerling juga menguasai kantor staf Siliwangi.
Karena merasa tuntutannya tidak
diindahkan. Mereka melakukan teror. Bahkan, lebih dari 800 tentara KNIL
memasuki kota Bandung. Mereka menggunakan kendaraan lapis baja. Mereka melakukan
penembakan terhadap setiap anggota TNI yang ditemui, baik yang membawa senjata
maupun tidak membawa senjata.
Dalam peristiwa pemberontakan APRA ini,
sebanyak 79 orang dari TNI, gugur. Kemudian, operasi dan pengejaran terhadap
pasukan APRA segera dilakukan oleh TNI. Bantuan ke kota Bandung segera
dikirimkan oleh kesatuan – kesatuan polisi.
Kesatuan – kesatuan tersebut berasal
dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Mereka pada saat itu sedang berada di Jakarta.
Pasukan dari APRA berhadil untuk dipukul mundur. Mereka ke luar kota Bandung.
Bahkan, dalam sebuah pertempuran yang
terjadi di daerah Pacet. TNI berasil untuk menghancurkan sisa dari gerombolan
APRA.
Lebih lanjut, berdasarkan pada
perundingan yang dilakukan antara RIS dan Komisaris Tinggi Belanda. Gerombolan
APRA diperintahkan untuk meninggalkan kota Bandung, pada sore hari. Usaha dari
gerombolan APRA untuk melakukan penculikan terhadap menteri – menteri kabinet
juga berhasil untuk digagalkan.
Menteri yang akan diculik oleh
Westerling, antara lain menteri Pertahanan Sri Sultan Hamengku Buwono IX,
Mr.Budiarjo, dan Kolonel Simatupang. Namun, atas informasi dari intelijen
S.Parman dan kesigapan dari TNI, rencana yang keji itu berhasil untuk dicegah
dan digagalkan.
Selanjutnya, pada tanggal 22 Februari
1950, Westerling meninggalkan Indonesia. Westerling melarikan diri ke luar
negeri, yaitu Singapura dengan menumpang pesawat Catalina. Pesawat tersebut
miliki angkatan Laut Belanda. Dan gerakan APRA bubar dengan sendirinya.
sumber:
Supriatna, N., dkk. 2007. Ilmu Pengetahuan Sosial (Geografi, Sejarah,
Sosiologi, Ekonomi). Jakarta: Grafindo.
Prawoto. 2007. Seri IPS Sejarah 3 SMP Kelas IX. Jakarta: Yudhistira.
Komandoko, G. 2010. Ensiklopedia Pelajar dan Umum. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.